Monday 25 February 2019

Pekerja Bangunan

Pekerja bangunan biasa disebut juga buruh bangunan. Pembangunan gedung kantor, rumah pribadi, sampai jalan dan jembatan, tak lepas dari peran mereka.
Tenaga dan kerja mereka masih sangat dibutuhkan.

Lingkungan pergaulan dan komunitas saya adalah bersama mereka. Sehingga saya begitu mengenal kehidupan kerja dan sistem pekerjaan yang mereka lakukan. Sebagai profesi yang biasa dianggap berada pada posisi strata bawah, sebenarnya peran pekerja bangunan sangatlah penting. Tanpa mereka, apakah mungkin tercipta gedung megah, jalan mulus, maupun jembatan yang kekar.
Pekerja bangunan, sebuah profesi jasa yang sangat dibutuhkan.

Pembedaan.
Pekerja bangunan atau ada juga yang menyebut sebagai kuli bangunan terbagi atas dua tingkat yang saya anggap sebagai pembedaan.
Yang pertama : Tenaga atau Laden, ada juga yang menyebutnya Layan.
Yang kedua : Tukang.

Tenaga atau Laden bertugas melayani apa saja kebutuhan Tukang dalam bekerja.
Tukang bertugas mengerjakan proses berdirinya suatu bangunan. Tentu saja Tukang tingkatnya lebih tinggi dibanding Tenaga atau Laden. Karena itu bayaran hariannya berbeda.

Tukang juga terbagi menjadi dua, yaitu Tukang Kayu dan Tukang Batu. Biasanya kedua Tukang ini bekerjasama berdasar keahlian. Tapi terkadang ada juga yang mampu merangkap.

Karir.
Seperti halnya pada kepegawaian dengan tingkatan pangkat, pada pekerja bangunan juga mengenal tingkatan karir.
Tingkatan terendah adalah Tenaga atau Laden/Layan. Tingkat selanjutnya yang lebih tinggi tentu saja Tukang.

Karir profesi pekerja bangunan rata-rata hanya sampai pada tingkat Tukang. Dimana pada tingkat ini biasanya sudah mempunyai spesialisasi tersendiri, misalnya spesialis pemasangan keramik, spesialis finishing pengecatan, spesialis pemasangan kaca, dll. Namun pada dasarnya mereka mempunyai keahlian yang sama dalam pembuatan tembok bangunan.

Sebenarnya karir profesi sebagai Tukang masih bisa berlanjut lagi, tetapi jarang terjadi. Urutan kenaikan karir setelah Tukang adalah Kepala Tukang, Mandor, dan tentu saja Pemborong Bangunan atau bahkan Bas Borong.

Kepala Tukang diambil dari Tukang yang nantinya bertanggung jawab terhadap mandor atas apa saja yang dikerjakan.
Mengenai mandor sampai pemborong tidak masuk dalam paparan ini, karena tidak lagi terkategori pekerja bangunan.

Tempat Tujuan dan Sifat Pekerjaan.
Tempat tujuan profesi pekerja bangunan tentu saja perkotaan. Kalau dari daerah saya lebih banyak ke Jakarta. Sisanya ke Yogyakarta. Sebenarnya di desa juga ada pekerjaan, tetapi sedikit menyerap tenaga kerja.

Sifat pekerjaan terbagi atas pekerjaan bangunan pribadi dan pekerjaan yang dikelola oleh suatu perusahaan.

Penghasilan.
Penghasilan cukup bervariasi, namun sudah mempunyai rata-rata standar sendiri-sendiri.
Untuk pekerja bangunan di wilayah kota Yogyakarta terbagi atas Tukang dan Tenaga Laden.

Penghasilan kotor Tenaga Laden saat ini berkisar Rp 60 ribu - Rp 65 ribu perhari.
Penghasilan Tukang lebih bervariasi lagi. Yang mempunyai spesialis keahlian mempunyai ukuran yang berbeda. Berkisar antara Rp 70 rb - Rp 75 rb perhari. Namun seperti pemasangan keramik biasanya dihitung meteran.

Penghasilan tersebut adalah penghasilan kotor. Belum dikurangi biaya hidup di lokasi pekerjaan. Adakalanya untuk makan sudah ditanggung pemborong atau yang mempunyai pekerjaan.

Nepotisme Pekerja Bangunan.
Hubungan pertemanan, keluarga, relasi dalam dunia pekerja bangunan hampir mutlak diperlukan. Hal tersebut karena terkait dengan pertanggungjawaban dan keamanan material bangunan.
Jadi kalau tidak mempunyai teman / saudara yang mengajak, cenderung sangat sulit mendapatkan tempat sebagai pekerja bangunan. Pihak mandor dalam mencari tenaga bangunan biasanya juga menyerahkan pada yang biasa dipercaya.
Jadi seupama ada aktivitas pengerjaan suatu proyek, kemudian datang melamar pekerjaan, kecil kemungkinan diterima.

Demikian sedikit mengenai pekerja bangunan. Bagaimanapun sebagian dari mereka juga ada unsur pengabdian didasari keahlian. Jika hasilnya bagus, mereka akan puas.


->


No comments: